S A L A F
Saya masih bingung dengan
konsep Islam Nusantara itu seperti apa? Apakah yang harus tahlilan?
Atau pitonan atau bermacam tradisi yang dianggap sunnah Nabi? Sedang
Islam itu sendiri universal dan tidak ada yang berhak untuk kemudian
mengkapling-kapling apalagi mengatakan ini Islam Nusantara ga cocok
akidah seperti itu diamalkan disini,
atau ini Islam Barat harusnya
begini dan begini. Maka Islam Nusantara itu seperti apa? Apa Islam
Nusantara itu yang kalo kerudungan tinggal ambil telapak meja? Sedang
yang jelas pake jilbab gede dan cadaran disebut Islam Arab? Atau yang
sarungan nglewer dan celana nyeret tanah itu Islam Nusantara? Sedang
yang coba ngikutin sunnah dengan gantungin celana (Yagng dianggap
Teroris) itu Islam Arab? Atau yang kalo ngaji bahkan juga dilaguin
dengan nada jawa yang mirip sinden itu Islam Nusantara? Sempit
bener? Emang Nusantara cuma Jawa terus ngajinya biar khas Nusantara
pake nada Sinden? Ngapa ga pake nada Ampar-Ampar Pisang ama Potong
Bebek Angsa yang juga khas Nusantara. Maka
sekali lagi ga ada itu Islam Nusantara. Karena Islam itu global, jika
harus dicocokkan dengan segala kebudayaan berbagai negara Islam di
dunia, maka akan banyak lagi bentuk Islam-Islam Yang lain.
Maka
disinilah Salafi yang selama ini dianggap Wahhabi mencoba mengoreksi
apakah bener ga sih Islam di negara kita ini? Sesuai g to ama islam
yang di zaman Nabi? Dan ternyata banyak sekali bentuk penyimpangan
baik dalam Ibadah hingga Akidah. Inilah yang disebut BID”AH. Bukan
dalam ranah fiqih yang semua orang berhak memilih dan memprektekan
pendapat yang dianutnya, namun permasalahan kita lebih dari itu.
Tatkala
Salafi mengingatkan tentang “ini bid'ah, jangan dilakuin” Atau
“Ini Syirik jangan Dikerjain” namun malah dibilang KADAL (Kakean
Dalil) atau KACANG (Kakean Cangkem) tapi biarlah itu semua berlalu.
Cukuplah Sirah Nabi diawal dakwah islam beliau sebagai penghibur
dikala galau.
Tatkala
Salafi mengingatkan kaum takfiri tentang bahaya akidah khawarij, maka
dikatakan Pendengki oleh jamaah-jamaah yang tersinggung. Yang
sejatinya mereka sendiri ialah yang Dengki.
Tatkala
Salafi mengingatkan tentang bahaya Syiah dan kekafirannya dibilang ga
toleransi, dan dikatakan Nashibi. Hati-hati syiah itu mudah taqiyyah,
jangan-jangan yang selama ni mempropagandakan “Sunni-Syiah bersatu,
kenapa Tidak?” Ialah musuh berbulu
domba? Dan siap
menerkam kalo ada kesempatan.
Lantas
dosa Salafi itu dimana? Apakah
karena mendakwahkan ajaran yang bukan Islam Nusantara sehingga
disebut Wahhabi? Atau yang mendakwahkan kebathilan khawaraij itu
disebut pendengki? Wallahi itu semua dilakukan karena rasa sayang
twerhadap sesama saudara muslim. Bukan untuk adu domba dan niat
memecah belah. Namun untuk menyatukan, mempersatukan dalam indahnya
ajaran Nabi yang murni.
Sudah
seringkali postingan dan tag yang isinya hanyalah Syubhat lewat
diberanda. Saya katakan Syubhat karena memang hanyalah syubhat, saya
disuruh untuk kembali menjadi seperti dulu karena saya yang sekarang
sudah terdoktrin dengan akidah Salafi Wahhabi. Itu kata mereka, yang
juga bawa-bawa orangtua, “Apa g kasian liat anaknya salah didikan
dan akhirnya menyimpang?' Itu juga kata mereka. Kala itu saya hanya
ngguyu dan sedikit mesem dan tidak berkomentar apapun. Karena sungguh
saya tidak mau dan tidak akan untuk kembali menjadi “seperti dulu”
yang masih suka Yassinan atau diundang untuk ngaji diacara kendurian,
bahkan duduk dimajlis dzikir kaum shufi. Jika sekarang dipikir
kembali saya merasa nyesel “kok bisa begitu mudah dibodohi diriku
yang dulu.” Maka
jika dikatakan “Kembali” itu g tepat, karena saya ialah saya yang
sekarang. Yang hanya ingin menjadi seorang SALAFI, Biarlah dikatain
WAHHABi, Teroris, ISIS, Garis keras dll.
Biar
sedikit saya perjelas dan supaya g salah paham. Karena saya juga dulu
kecil di Alhuda, saya berterima kasih dengan segala adab dan ilmu
yang telah diajarkan, dan itu semua tentu tidak akan terbalaskan,
karena seorang murid tetaplah murid dan seorang guru tetaplah guru
yang jasanya terlalu besar untuk kita bicarakan. Saya masih ingat
bagaimana membentuk kalimat “Dawaamuha wain qolla” dalam
pelajaran insya' atau seperti apa itu Mdhof ilaih, dan Nun jam' itu
dibuang jika ia mudhof, saya masih ingat itu, dan sangat bersyukur,
karena itu “sesuatu banget” yang g bisa terlupakan. Saya juga
masih ingat kajian mufrodat antara “roghiba 'an dan roghiba fi”
atau kajian tafsir surat al Haqqah dirumah ustadzuna Yassin
rahimahullah, atau nashihat-nasihat beliau usai maghrib dan subuh
yang nentramin ati. Dan saya masih ingat juga nasihat beliau (kala
itu) ba'da subuh, tentang seorang yang punya semangat menggebu namun
setelah belakangan saya pikir ternyata keliru. Nasihat beliau masih
membekas untuk hati-hati dalam memilih jalan (yang
kala itu yang bersangkutan lebih memilih dan berpendapat untuk shalat
sendiri daripada berjamaah/ maaf sedikit fital/
hingga akhirnya
unuk-unuk datang dibelakang untuk salat (mungkin sunnah). Saya juga
masih ingat tatkala shalat terawih lebih memilih 11 rakaat dan
akhirnya dilanjutkan oleh immam yang lain hingga 23 rakaat.
Saat
itu saya berfikir (curhat dikit) “itu unik” dan “Beda ama yang
lain.” namun saya masih g bisa apa-apa dan g bisa ngapa-ngapa.
Hingga akhirnya sayapun dipindah paksakan secara sepihak dari
keluarga untuk kemudian akhirnya menjadi seorang SALAFI WAHHABi, dan
singkat cerita “Keunikan” yang saya dapatkan di alhuda sedikt
demi sedikt terjawab. Saya mulai memperhatikan “Orang Unik”
tersebut dibermcam status-status facbook yang ternyata saya kena PHP,
karena keunikan tersebut telah hilang entah kemana tak tersisa,
digantikan dengan phobia akut terhadap Salafi. Karena peduli maka
ditulisnyalah bermacam status dan di tag kepada yang bersangkutan
untuk supaya yang masih “Lurus”
versinya tidak ituk-ikutan “Terjerumus” kepaada doktrin wahhabi.
Saya bersyukur masih ada yang memperhatikan dan mempedulikan, namun
mari kita buka mata kita selebar-lebarnya, bedakan dengan sikap adil,
mana yang benar dan mana yang salah, dan sekaligus sebagai bentuk
kepedulian saya terhdap para guru, teman, sahabat, kenalan, angkatan
dan teman facebook sekalipun, untuk supaya buka mata lebar-lebar,
karena kebenaran dan ajaran Nabi yang murni sudah begitu tersebar
dibermacam alat dan media.
Komentar
Posting Komentar