(bakal Diksi) 1

Tanpa Ikrar


          
  Bukan surfei!! Namun apa yang akan anda lakukan jika tiba-tiba sahabatmu sendiri yang kau selalu bersamanya sejak masa kecil hingga kini kau dewasa, datang kepadamu dengan seikat bunga ditangannya dan meminta dirimu untuk menjadi pendampingnya? Atau tiba-tiba kini ia datang untuk melamarmu? Apa yang akan engkau lakukan?

            Inilah jodoh. Sebuah perjalanan takdir yang mengantarkan cinta, namun
bingung kemana dan kapan sampan ini akan berakhir di dermaga? Inilah jodoh. Rahasia tuhan yang tak terkuak walau coba ditebak. Banyak cerita-cerita unik dan menarik dalam hal jodoh. Dulu yang bagai musuh bebuyutan namun kini berakhir di pelaminan. Bagaimana dahulu begitu romantis penuh cinta, namun berakhir tragis hanya karena takdir tak menyapa. Karena cinta yang berselimut takdir Tuhan akan selalu menjadi misteri, selalu indah untuk dijalani, dan akan menyisakan crita-cerita yang samasekali tak akan kita duga. Karena rahasiaNya memang begitu sempurna.

            Andai aku seorang wanita. Akan aku coba untuk tidak menyakiti sahabat sendiri, dengan sedikit tertekan harus aku katakan “Wahai fulan..! Ku tahu cintamu padaku. Pun cintaku padamu. Aku selalu berharap kau ada disaat suka dan dukaku, tapi bukan sebagai apapun keuali hanya jalinan persahabatan yang tak ada kata cerai disana.” Sopan namun menyakitkan. Atau dengan yang lebih dalam “Oh... Betapa rindu untuk aku bertemu denganmu, waktu seakan telah melupakan persahabatan kita, namun aku akan tetap mempercayaimu walau bukan dalam hubungan rumah tangga.”

            Tapi tak sedikit pula kisah-kisah mereka yang berakhir bahagia. Sebutlah A Kiong dengan Sahara dalam legenda laskar pelangi, Dulu mereka bak air dan api, atau seperti kemarau dan penghujan, semua serba salah dimata masing-masing. Tapi karena takdir dan jodoh ibarat kakak beradik, serupa tapi tak sama, yang begitu pandai menutupi rahasia, menyimpak kejutan-kejutan kecil yang tak pernah disangka dan akhir kisah, kini A Kiong dan Sahara, kisah mereka berakhir dengan anak tiga.

            Sahabatm kawan, dan pertemanan, sebuah ikatan tak berikrar seperti perkawinan, jajni yang tak perlu disumpah dihadapan Al-Quran, namun satu sama lainnya saling tarik-menarik, dorong-mendorong, terkadang oleng kekiri dan kekanan, bahkan terhepas jatuh hingga lubang terdalam, hingga pecah dalam kepingan -kepingan kecil, atau tegak lurus, berjalan cepat, terbang tinggi menembus batasan-batasan mimpi , melahirkan perasaan suka, bahagia di dunia mereka sendiri. Dan itu, kesemua itu, mereka lakukan bersama, entah duka atau bahagia, entah suka atau sengsara, tidak di kemarau yang kering atau di penghujan yang basah semua terbungkus rapi dalam nilai indah persahabatan.

            Bagi seorang anak kecil, setiap orang yang berkenalan dengannya , bermain bersamanya adalah sahabat. Mereka tak pernah berpikir panjang apakah mereka lawan atau bukan, selama mereka mau mengalah dalam undian jari, tidak curang dalam permainan papapun. Maka tak ada berhak bagi mereka untuk terlalu mawas diri, atau saling memusuhi. Karena persahabatan mereka selalu indah untuk diamati. Walau terkadang diakhiri dengan jerit tangis, namun itu hanya sementara, setelah itu ,mereka akan bersama kembali, walau akan kembali berakhir dengan tangis namun hati mereka tak pernah terluka oleh dendam. Hal itu karena jiwa mereka yang bersih, putih selembut salju di awal desember.

            Sedang bagi orang dewasa, persahabatan mereka lebih terkesan hanya karena kebutuhan. Orang-orang dewasa itu akan akrab disaat mereka jemu,yaitu tatkala mereka bisa menghindar dari rengekan anaknya dirumah, atau teriakan istri-istri mereka yang meminta uang jajan tambahan, uang gula, baju baru dan lainnya. Tak heran njika banyak para suami-suami yang lebih senagn nongkrong di pos ronda daripada menjalin kasih dengan keluarganya. Mereka baru pulang ketika malam benar-benar telah larut, disaat kedua jenis beban hidupnya telah berkemul selimut.

            Persahabatan orang-orang dewasa terkesan hati-hati. Walau tak sedikit yang terlepasa dalam berbicara, namun perkataan mereka lebih banyak yang dipilih-pilih. Ada rasa khawatir jika menyakiti lawan bicara, walau terkadang cemoohan berlebih, ejekan yang keterlaluan, hal itu karena memang seperti itulah persahabatan orang-orang dewasa

            Sedikit sekali akan kita dapati dua sahabat yang saling memusuhi. Jika terdapat aral dalam persahabatan mereka, keduanya akan saling mengintropeksi diri, mengakui kesalahan satu sama lain, dan mengingat-ingat kejadian-kejadian masa lalu mereka yang indah untuk kemudia saling memaafkan dan kemudian berakhir dalam hangatnya pelukan persaudaraan. Karena sejatinya mereka adalah saudara, sebuah ikatan tanpa ikrar untuk saling mengerti satu dengan lainnya. Seperti menyusun rangkaian puzlle dalam kotak rubik. Kita tak akan bisa meninggalkan kotak warna kuning untuk menyempurnakan kotak warna hijau. Begitupun persahabatan, keduanya akan selalu terlihat bersaudara, bahkan lebih, dimanapun, kapapnpu dan dalam kondisi apapun.

            Saya harap, orang-orang dewasa tersebut, untuk tidak terlalu sensitif terhadap prilaku dan kata-kata. Sehingga persahabatan mereka tidak terkesan seperti kenalan sesaat, yang hanya dianggap sebagai sebuah hubungan sosial tak penting bagi meraka, yang hanya ada disaat merasa butuh. Persis dengan tetangga yang hanya akan berbagi tatkala kita lebih dahulu memulai dengan anggapan bahwa beban bereka telah trbalas, naif sekali bukan?

            Terimakasih.

Gladak Pakem, Februari 2014.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANTARA NU, WAHHABI dan SYI`I