(bakal Diksi) 1
Tanpa Ikrar
Inilah
jodoh. Sebuah perjalanan takdir yang mengantarkan cinta, namun
bingung kemana
dan kapan sampan ini akan berakhir di dermaga? Inilah jodoh. Rahasia tuhan yang
tak terkuak walau coba ditebak. Banyak cerita-cerita unik dan menarik dalam hal
jodoh. Dulu yang bagai musuh bebuyutan namun kini berakhir di pelaminan.
Bagaimana dahulu begitu romantis penuh cinta, namun berakhir tragis hanya
karena takdir tak menyapa. Karena cinta yang berselimut takdir Tuhan akan
selalu menjadi misteri, selalu indah untuk dijalani, dan akan menyisakan
crita-cerita yang samasekali tak akan kita duga. Karena rahasiaNya memang begitu
sempurna.
Andai aku
seorang wanita. Akan aku coba untuk tidak menyakiti sahabat sendiri, dengan
sedikit tertekan harus aku katakan “Wahai fulan..! Ku tahu cintamu padaku. Pun
cintaku padamu. Aku selalu berharap kau ada disaat suka dan dukaku, tapi bukan
sebagai apapun keuali hanya jalinan persahabatan yang tak ada kata cerai
disana.” Sopan namun menyakitkan. Atau dengan yang lebih dalam “Oh... Betapa
rindu untuk aku bertemu denganmu, waktu seakan telah melupakan persahabatan
kita, namun aku akan tetap mempercayaimu walau bukan dalam hubungan rumah
tangga.”
Tapi tak
sedikit pula kisah-kisah mereka yang berakhir bahagia. Sebutlah A Kiong dengan
Sahara dalam legenda laskar pelangi, Dulu mereka bak air dan api, atau seperti
kemarau dan penghujan, semua serba salah dimata masing-masing. Tapi karena
takdir dan jodoh ibarat kakak beradik, serupa tapi tak sama, yang begitu pandai
menutupi rahasia, menyimpak kejutan-kejutan kecil yang tak pernah disangka dan
akhir kisah, kini A Kiong dan Sahara, kisah mereka berakhir dengan anak tiga.
Sahabatm
kawan, dan pertemanan, sebuah ikatan tak berikrar seperti perkawinan, jajni
yang tak perlu disumpah dihadapan Al-Quran, namun satu sama lainnya saling
tarik-menarik, dorong-mendorong, terkadang oleng kekiri dan kekanan, bahkan
terhepas jatuh hingga lubang terdalam, hingga pecah dalam kepingan -kepingan
kecil, atau tegak lurus, berjalan cepat, terbang tinggi menembus
batasan-batasan mimpi , melahirkan perasaan suka, bahagia di dunia mereka
sendiri. Dan itu, kesemua itu, mereka lakukan bersama, entah duka atau bahagia,
entah suka atau sengsara, tidak di kemarau yang kering atau di penghujan yang
basah semua terbungkus rapi dalam nilai indah persahabatan.
Bagi seorang
anak kecil, setiap orang yang berkenalan dengannya , bermain bersamanya adalah
sahabat. Mereka tak pernah berpikir panjang apakah mereka lawan atau bukan,
selama mereka mau mengalah dalam undian jari, tidak curang dalam permainan
papapun. Maka tak ada berhak bagi mereka untuk terlalu mawas diri, atau saling memusuhi.
Karena persahabatan mereka selalu indah untuk diamati. Walau terkadang diakhiri
dengan jerit tangis, namun itu hanya sementara, setelah itu ,mereka akan
bersama kembali, walau akan kembali berakhir dengan tangis namun hati mereka
tak pernah terluka oleh dendam. Hal itu karena jiwa mereka yang bersih, putih
selembut salju di awal desember.
Sedang bagi
orang dewasa, persahabatan mereka lebih terkesan hanya karena kebutuhan.
Orang-orang dewasa itu akan akrab disaat mereka jemu,yaitu tatkala mereka bisa
menghindar dari rengekan anaknya dirumah, atau teriakan istri-istri mereka yang
meminta uang jajan tambahan, uang gula, baju baru dan lainnya. Tak heran njika
banyak para suami-suami yang lebih senagn nongkrong di pos ronda daripada
menjalin kasih dengan keluarganya. Mereka baru pulang ketika malam benar-benar
telah larut, disaat kedua jenis beban hidupnya telah berkemul selimut.
Persahabatan
orang-orang dewasa terkesan hati-hati. Walau tak sedikit yang terlepasa dalam
berbicara, namun perkataan mereka lebih banyak yang dipilih-pilih. Ada rasa
khawatir jika menyakiti lawan bicara, walau terkadang cemoohan berlebih, ejekan
yang keterlaluan, hal itu karena memang seperti itulah persahabatan orang-orang
dewasa
Sedikit
sekali akan kita dapati dua sahabat yang saling memusuhi. Jika terdapat aral
dalam persahabatan mereka, keduanya akan saling mengintropeksi diri, mengakui
kesalahan satu sama lain, dan mengingat-ingat kejadian-kejadian masa lalu
mereka yang indah untuk kemudia saling memaafkan dan kemudian berakhir dalam
hangatnya pelukan persaudaraan. Karena sejatinya mereka adalah saudara, sebuah
ikatan tanpa ikrar untuk saling mengerti satu dengan lainnya. Seperti menyusun
rangkaian puzlle dalam kotak rubik. Kita tak akan bisa meninggalkan kotak warna
kuning untuk menyempurnakan kotak warna hijau. Begitupun persahabatan, keduanya
akan selalu terlihat bersaudara, bahkan lebih, dimanapun, kapapnpu dan dalam
kondisi apapun.
Saya harap,
orang-orang dewasa tersebut, untuk tidak terlalu sensitif terhadap prilaku dan
kata-kata. Sehingga persahabatan mereka tidak terkesan seperti kenalan sesaat,
yang hanya dianggap sebagai sebuah hubungan sosial tak penting bagi meraka,
yang hanya ada disaat merasa butuh. Persis dengan tetangga yang hanya akan
berbagi tatkala kita lebih dahulu memulai dengan anggapan bahwa beban bereka
telah trbalas, naif sekali bukan?
Terimakasih.
Gladak Pakem, Februari 2014.
Komentar
Posting Komentar